Mataram, 8 Juni 2024 — Asosiasi Program Studi Ilmu Pendidikan Sosial Indonesia (APRIPSI) sukses menggelar konferensi internasional yang bertujuan memperkuat pendidikan sosial berbasis kearifan lokal. Acara bergengsi ini, yang diselenggarakan oleh Program Studi Tadris IPS UIN Mataram, berlangsung dari tanggal 6 hingga 8 Juni 2024 di Gedung Auditorium Kampus II UIN Mataram.

Konferensi ini menghadirkan berbagai pakar di bidang ilmu pendidikan sosial, termasuk Dr. Nola Fibriyani BTE Salman dari Muhammadiyah Islamic College Singapore. Dalam presentasinya yang berjudul “Singapore Culture Diversity: A Guide to Ethnic Neighborhoods,” Dr. Nola membahas bagaimana Singapura dapat menjadi model keberagaman etnis yang harmonis dan pentingnya pengajaran keberagaman etnis sejak dini.

Dr. Nola menyoroti bahwa keberagaman etnis di Singapura dapat menjadi panduan berharga bagi Indonesia dalam mengapresiasi keragaman budaya. Ia juga mengungkapkan kekagumannya terhadap keramahan masyarakat Lombok dan kebersihan kota ini, yang menurutnya memberikan inspirasi besar dalam membahas kearifan lokal dalam pendidikan sosial.

“Pertama kali tiba di Lombok, saya merasa sangat terinspirasi oleh keramahan masyarakat dan kebersihan kota ini. Ini menambah semangat saya untuk hadir dan berbagi di konferensi ini,” ujar Dr. Nola. Ia menambahkan bahwa kearifan lokal Lombok dapat menjadi referensi penting dalam studi sosial berbasis kearifan lokal.

Dekan UIN Mataram, Dr. Jumarim, M.H.I, membuka acara dengan menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan konferensi ini. Ia menegaskan pentingnya pembelajaran IPS di era globalisasi, di mana siswa harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab.

Pada hari kedua, General Lecture dihadiri oleh ratusan peserta, termasuk dosen, guru, serta mahasiswa dari UIN Mataram dan Universitas Mataram. Prof. Abbas, dalam ceramahnya, menekankan bahwa pembelajaran IPS di abad ke-21 harus membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan.

“IPS di abad ke-21 harus mampu membekali siswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan,” kata Prof. Abbas. “Siswa harus mampu berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, dan bekerja sama dengan orang lain untuk memecahkan masalah dan membuat perubahan positif.”

Ia juga memaparkan beberapa strategi untuk mencapai pembelajaran IPS yang berdaya, antara lain:

  1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa: Mendorong siswa untuk menjadi pembelajar aktif dan mandiri.
  2. Metode pembelajaran inovatif dan kreatif: Guru harus menggunakan berbagai metode yang menarik dan menantang agar siswa dapat belajar secara efektif.

General Lecture ini mendapat sambutan antusias dari para peserta yang mendapatkan banyak inspirasi dan ide baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dan universitas.

Konferensi internasional ini menjadi platform penting bagi mahasiswa dan dosen untuk memperluas wawasan tentang pendidikan sosial yang inklusif dan berbasis kearifan lokal. Acara ini tidak hanya memperkuat hubungan akademis antarnegara tetapi juga memperkaya pemahaman akan keberagaman budaya dan etnis.