Peneliti senior UIN Mataram Prof. Dr. H. Mutawalli, M.A dan Muhammad Harfin Zuhdi, MA mempublikasikan hasil penelitiannya tentang “pengukuran akurasi arah kiblat Masjid dan Musholla pasca gempa”. Publikasi tersebut turut dihadiri oleh Bupati Lombok Utara Dr. H. Najmul Akhyar, Pengurus Masjid, Dewan Masjid Indonesia dan Staf Kementerian Agama Nusa Tenggara Barat. Kegiatan berlangsung di Gedung Pertemuan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (Kamis, 3/10/2019).

Bupati dalam sambutannya menyampaikan apreasiasi yang tinggi kepada peneliti UIN Mataram, kebutuhan akan ketenangan dalam menjalankan ibadah adalah kebutuhan mendesak. Banyak masyarakat kita yang membuat kesimpulan sendiri tentang arah kiblat, ada yang berpandangan bahwa gempa menggeser arah kiblat, ada juga yang mengatakan bahwa gempa tidak berpengaruh terhadap arah kiblat. Semua itu boleh-boleh saja, akan tetapi semua kesimpulan kita harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Untuk itu pada kesempatan ini kami berharap peneliti memberikan kesempatan kepada tamu undangan yang hadir untuk dapat berdialog dengan peneliti. Harap Bupati

Selanjutnya Harfin Zuhdi dalam pengantarnya banyak memaparkan dan mengeksplorasi tentang kegelisahan-kegelisahan jamaah masjid dalam menjalankan ibadah. Sebagian diantara jamaah kita masih was-was karena khawatir pasca gempa terjadi pergeseran arah kiblat. Terang Harfin. Selain itu, terdapat sebagian masjid yang  rusak, bukan malah memperbaiki Masjid yang ada melainkan membuat desain baru sehingga dengan keterbatasan alat ukur dalam penentuan arah kiblat dan hanya bermodalkan kompas sederhana, jamaah masjid merasa perlu ada pengukuran akurasi baru arah kiblat.

Mempedalam eksplanasi Harfin, Sofian selaku asisten peneliti memberikan uraian tentang korelasi antara pergeseran arah kiblat dan gempa. Sejauh dalam penemuan ini tidak terjadi pergeseran arah kiblat karena gempa di Pulau Lombok. Arah kiblat di empat belas Masjid di Kabupaten Lombok Utara, Berdasarkan pengukuran ulang tim kami, tidak ada yang lurus menghadap ke arah kiblat. Bahkan, jika membandingkan dengan nilai toleransi arah kiblat sebesar 24 menit, maka kemelencengan arah kiblat masjid di Lombok Utara sangat signifikan. Ini bisa disebabkan oleh pengukuran awal yang dilakukan masih menggunakan kompas. Sebagai mana yang kami kemukakan pada materi di atas, bahwa kompas rawan terpengaruhi oleh medan magnet yang ada di sekitarnya. Di samping karena menggunakan kompas, membutuhkan beberapa langkah koreksi untuk menghadap persis ke utara sejati. Oleh karena itu, wajar terdapat kemelencengan ketika kami melakukan pengukuran ulang dengan menggunakan posisi matahari.

Kemelencengan arah kiblat di Kabupaten Lombok Utara tambah soafian sangat beragam, berkisar antara 3 derajat sampai dengan 20 derajat. Arah kemelencengannya pun berbeda, ada yang melenceng ke utara dan ada yang melenceng ke selatan. Kebanyakan bangunan masjid akan dibangun ulang, disamping karena bangunannya yang sudah roboh akibat gempa yang mengguncang Lombok satu tahun yang lalu.

Untuk diketahui jumlah Masjid yang dijadikan sampel pengukuran arah kiblat sebanyak 14 Masjid yaitu Masjid Nurul Jannah Senaru, Masjid Al-Abor Gereneng, Masjid Babul Iman Karang Geden, Masjid Darul Muttaqin Sambik jengkel, Masjid Arrarrahman Air Bari, Masjid Eling Al-Islami Sengaran, Masjid Alkausar Paok Rempek, Masjid Darul Qarar Teluk Dalem, Masjid Nurul Iman Kapu Jenggala, Masjid Jamiul Jannah Karang Pangsor, Masjid Jamiul Istiqomah Karang Kaum, Masjid Raudatul Iman Teluk Ombal, Masjid Nurul Hidayah, Masjid Raya Tanjung Lapangan Supersemar.

Hasil penelitian tersebut menuai banyak pujian. Bahkan secara langsung atau tidak langsung pemerintah daerah dan pengurus Masjid lainnya meminta agar peneliti melakukan pengukuran akurasi arah kiblat didaerahanya.

Lebih jelasnya dapat menghubungi Humas UIN Mataram atau L-FASTRO Prodi FALAK Fakultas Syariah UIN Mataram.