Berita Humas: Mengabdi pada sebuah lembaga adalah merupakan satu pilihan, sedangkan memberikan loyalitas terbaik terhadap perkembangan kemajuan sebuah lembaga adalah sebuah keharusan. Begitulah rangkaian kalimat yang sering diungkapkan oleh Guru Besar Filsafat Ilmu UIN Mataram Prof Mutawali dalam berbagai kesempatan, Ahad (30/09)
Tentu saja ungkapan itu sepintas terdengar begitu filosofis yang terkadang tidak banyak orang yang mau menafsirkan hingga detail, bahkan terkesan apatis mendengar ungkapan tersebut sama saja seperti kalimat biasa yang tak memerlukan penafsiran.
Rektor Prof Mutawali yang dalam keseharianya hampir tidak pernah luput dari aktifitas pengabdian membangun lembaga, berfikir total dari urusan kebersihan, keamanan, hingga fasilitas gedung dan komponen lainnya, sebab mau tidak mau karena beliau adalah top leader yang harus tahu segala perkembangan yang terjadi.
Pergi pagi dan pulang entah kapan adalah bagian dari perjalanan yang sejak lama sudah dilakoni oleh Pak Mutawali, bukan karena sedang sebagai rektor saja, melainkan sejak menjadi dosen biasa, direktur pascasarjana, dan dekan fakultas syariah beliau sering dan hampir menjadi orang pertama yang datang ke kampus dan menjadi juru kunci pulang di waktu senja.
Putra Babakan Kebon ini rupanya sudah membiasakan diri dan menjadi kebiasaan mengisi tahapan waktu dalam kesehariannya dengan berbagai aktifitas, baginya pengabdian pada lembaga secara totalitas adalah menjadi ruang ibadah yang tentu saja mendatangkan kebaikan.
Beberapa peristiwa yang terjadi di kampus akhir-akhir ini seperti kerusakan gedung akibat gempa, kebakaran ruang Radio Simponi, beliau datang di waktu yang cepat beriringan dengan raungan serene pemadam kebakaran, langkah cepat dari jarak yang cukup jauh dari kampus bukanlah halangan, beliau selalu hadir diwaktu yang tepat dalam dimensi suka duka lembaga.
Ruangan rektor jarang dipakai, sepintas kelihatanya hanya sebatas menjadi tempat menerima tamu, dan aktivitas administrasi seperlunya, jarang sekali rektor terlihat langsung masuk ke ruangannya, melainkan sejak datang selalu mengontrol beberapa ruangan bagian lain atau memantau kondisi lingkungan sekitar kampus satu dan dua, komunikasi dan koordinasi dilakukan tidak terkesan birokratis, melainkan begitu rilek santai dan bersahaja.
Pimpinan yang sangat bersahaja, membaur bersama semua orang, semua itu seakan tanpa skat pembatas dengan bawahan, tidak gengsi meski harus angkat besi, baginya menjadi prinsip yang dipegang bahwa jabatan hanya sementara, karena sesugguhnya kehidupan ini juga bersifat sementara.  Tidak ada yang lebih penting dari sisi kehidupan ini melainkan untuk memperbanyak amal kebaikan, bersilaturahmi, bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur dan ihlas.  Wallahu A’lam (Adita@humasuin)