Berita Humas:
Profesor H. Masnun Tahir, M. Ag. Tercatat sebagai guru besar ke 9966 sesuai dengan keputisan yang dikeluarkan oleh Kemenristekdikti pada tanggal 1 Maret 2018. Acara pengukuhannya sebagai guru besar bidang Ilmu Hukum Perdata Islam Fakultas Syariah UIN mataram yang dijadwalkan pada tanggal 29 Maret 2018 bertepatan dengan mengenang haul 100 Hari wafat Ibundanya tercinta.
Mengawali pidato pengukuhanya sebagai guru besar, beliau menyampaikan permintaan beberapa pihak seperti keluarga, teman, sahabat dan serta guru-gurunya mulai dari guru ngaji, guru sekolah dasar yang juga turut hadir sebagai tamu undangan mengharapkan bahwa meski sudah mendapatkan gelar rofesor sebgagai guru besar, namun mereka tetap berharap bahwa sosok Masnun yang dikenal pintar, ramah dan pandai bergaul agar tetaplah menjadi GURU NUN.
Mewakili seluruh tamu undangan yang hadir, selaku guru yang mengenal dan selalu mendoakan sang professor, beliau adalah tokoh kharismatik pimpinan  Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu Almukarrom TGH. Lalu Turmuzi Badaruddin, S. Pd.I. yang selalu hadir untuk beliau baik dalam suka dan duka. Kehadiranya hari ini untuk memberikan ucapan selamat, memberi restu pada murid serta mendoakan untuk tetap menjadi Guru Nun yang memberikan manfaat bagi masyarakat, agama dan bangsa.
Sebagai orangtua H. Muhammad Tahir yang selalu tampil istikomah dengan busana topi putih yang dipadukan dengan batik lengan panjang dan sarung merek Juara Dunia serta sandal Lily membuatnya semakin percaya diri.  Beliau hadir untuk anaknya yang kini menjadi Guru Besar menempati korsi vip bagian depan, beliau sangat bahagia, terharu bersama ratusan orang tamu undangan, tidak hentin hentinya beliau berzikir mengucap syukur selama acara berlangsung.
Dalam usia 75 tahun, beliau masih terlihat tegar sehat walafiat tanpa keluhan rematik ataupun asam urat, beliau adalah pekerja yang tekun selalu bersemangat ditambah lagi dengan kebiasaan bersantai sambil mengingat-ingat nama anak dan cucunya yang hampir tidak hapal persis nama lengkapnya saking banyaknya, tapi beliau tetap riang gembira dengan segelas kopi pahit ditemani rokok Dji Sam Soe.
Muhammad Tahir mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi tapi melahirkan generasi yang bebrpendidikan tinggi, wajar saja beliau tidak begitu faham dengan perolehan gelar yang kini di raih leh putranya, beliau tidak ambil pusing dan selalu menganggukkan kepala saja kepada semua orang yang menyalaminya pada saat pengukuhan, meski kini anaknya berubah jubbah, namun yang pasti baginya adalah tetap mendambakan putranya sebagai guru GURU NUN yang bermamnfaat untuk masyarakat, agama dan bangsa. Wallahu A’lam (Adita@humasuin)