Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) UIN Mataram – Muhammad Saleh Ending.

Labbaika Allahumma Labbaik, Labbaika laa Syariika laka Labbaik…Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu….. itulah kalimat yang kerap dikumandangkan setiap jamaah saat menunaikan ibadah haji, Rukun Islam kelima yang wajib dilakukan bagi mereka yang (istita’ah) mampu baik materi maupun jasmani.

Menunaikan ibadah haji merupakan satu hal yang sangat didambakan oleh setiap umat Islam. Rukun Islam yang kelima ini hanya diwajibkan bagi umat Islam dengan syarat-syarat tertentu. Syarat itu adalah apabila kita telah memenuhi syarat (istita’ah) dari aspek kesehatan jasmani-rohani dan material. Bagi umat Islam di Indonesia aspek jasmani dan materi bukanlah masalah yang ringan, dalam pengertian mampu, tidak hanya menyediakan materi bagi keluarga yang ditinggalkannya. Bahkan dalam pengertian mampu ini, ia pun harus mampu setelah kembali di Tanah Air.

Mengapa umat Islam dari seluruh penjuru dunia mau berbondong-bondong datang setiap tahun ke Tanah Suci Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji ? karena Iman kepada Allah SWT dengan panggilan-Nya yang menakjubkan sehingga disaat-saat musim haji tampak gegap gempita para peziarah lewat darat, laut, maupun udara mengumandangkan talbiyah, dimana panggilan lewat wahyu itu ternyata tidak pernah pudar oleh hiruk pikuknya zaman. Bahkan panggilan itu makin terngiang merdu menerobos setiap telinga muslim disetiap generasi; “Dan berseruhlah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”. (Q.S. al-Hajj ayat 27)

Ibadah haji selain menjadi perintah agama yang merupakan rukun Islam yang kelima, maka harus dicari relevansinya dalam menjawab setiap persoalan-persoalan yang yang ada. Karena ternyata perintah-perintah agama itu tidak absurd, ada nilai-nilai aktual yang amat tepat untuk dijawab setiap persoalan. Tentu saja yang paling esensial adalah tentang inovasi pelayanan yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia sehingga memudahkan untuk melakukan Ibadah haji.

Tanggal 19 Mei 2024 Pesawat Garuda Airline tepat pukul 10.00 Waktu Madinah mendarat di Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad Bin Abdul Azis, Madinah. Jamaah Haji sumringah dan bahagia di tengah kelelahan, karena penerbangan yang cukup jauh dengan jarak  tempu  selama 10 jam 45 menit. Semua Jamaah haji bergegas mengambail barang bawaan dan menuruni tangga pesawat secara perlahan menuju Bus  yang sudah disiapkan oleh tim transfortasi  dalam  suhu cuaca yang sangat panas 44 Derajat Celcius untuk mendorong jamaah haji  ke Penginapan Hotel Diyar al-Iman yang sudah di siapkan oleh Sektor Madinah bagian akomodasi.

Tidak bisa di lukis, Jamaah Haji bergegas mengambil air Udhu, kopiah, sajadah, alat pelindung diri (masker, payung, sandal, air semprotan wajah) berangkat ke Masjid Nabawi ingin menunaikan sholat Arbain dan petugas haji selalu hadir dalam setiap denyut nadi jamaah, bahkan di fasilitasi secara teratur masuk ke Raudah makam Rasulullah SAW.

Di samping itu, jamaah haji juga di fasilitasi oleh Negara untuk berziarah ke tempat suci dan bersejarah di Madinah seperti;  Jabal Uhud tempat bersejarah dan saksi bisu perang uhud, Masjid Quba tempat ibadah pertama yang di bangun oleh Rasulullah SAW, dan Masjid Qiblatain menjadi  saksi  perpindahan  kiblat umat Islam dan kebun kurma.

Setelah 10 hari di Madinah, tepatnya Tanggal 29 Mei 2024, Jamaah diberangkatkan ke Mekkah dengan alat transfortasi Bus yang sangat memadai oleh tim akomodasi. Di mulai dengan mengambil miqat di Bir Ali (Zulhulaifah), yaitu terletak di sebelah utara Makkah dan berjarak 450 km dari Makkah. Tempat ini menjadi miqat bagi jemaah yang datang dari arah Madinah.

Inovasi Haji tidak hanya berhenti sampai disitu, Kementerian Agama RI lewat petugas hajinya  selalu hadir memberi pelayanan maksimal kepada seluruh jamaah haji Indonesia. Di Mekkah jamaah haji di suguhkan dengan tempat akomodasi hotel yang refresentatif untuk istirahat, dan ditambah dengan pelayanan Bus Syalawat yang bisa dijangkau secara gratis oleh seluruh jamaah haji Indonesia untuk memudahkan dalam beribadah ke Masjidil Harom selama 24 Jam.

 

Begitu juga dalam hal pelayanan Kesehatan jamaah haji, dilakukan secara paripurna dengan meningkatkan layanan Kesehatan Ramah Lansia di Madinah dan Arab Saudi yang  terdiri dari 1 orang dokter dan 2 orang perawat. Tenaga Kesehatan ini melekat di setiap kloter untuk memberikan layanan yang bersifat medis hingga rujukan, promotive dan preventif, serta pengawasan sanitasi dan makan.

Fasilitas pelayanan Kesehatan tersedia di daerah kerja (Daker) yaitu Makkah, Madinah, dan Bandara yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat observasi, rawat jalan hingga rawat inap. Selain itu juga disiapkan fasilitas kesehatan berupa pos kesehatan bandara, pos kesehatan di Sektor, Arafah, Muzdalifah, serta Mina dan Jamrah.

Inovasi Pelayanan yang sangat memberikan dampak positif Ketika di mulai pendorongan jamaah haji Wukuf di Arafah pada tanggal 15 Juni 2024 Pukul 21.30 Waktu Mekkah. Jamaah haji Indonesia atas kebijakan Kementerian Agama RI menggunakan system layanan safari wukuf dimana fasilitas khusus disediakan bagi jemaah yang sakit agar tetap bisa melaksanakan Wukuf di Arafah dengan baik. Inovasi haji terbaru dari Kementerian Agama RI di tahun 2024 memperkenalkan skema “murur” (melintas/melewati), melibatkan pergerakan jemaah dari Arafah melalui Muzdalifah tanpa berhenti, langsung menuju Mina. Jemaah tetap berada di dalam kendaraan saat melintas di Muzdalifah, sehingga tidak terjadi penumpukan jamaah haji  di area tersebut.

Dimensi kemanusiaan tetap menjadi prioritas dalam menerapkan sebuah kebijakan haji, termasuk konsep  tanazul dimana pemulangan jemaah haji melalui kloter yang berbeda dengan kloter keberangkatan karena alasan sakit serta memenuhi kriteria laik terbang. Pada pengajuan tanazul, waktu pulang jemaah haji dapat dimajukan atau dimundurkan atau pulang tunda dari jadwal yang seharusnya. cara ini sebuah komitmen mendalam terhadap keselamatan sebuah wujud penghormatan terhadap “kemanusiaan” dalam Islam.

 

Nurdin salah seorang Jamaah Asal kabupaten Sumbawa Barat mengucapkan terimaksih kepada Kementerian Agama RI, saya bisa mengikuti rangkaian Ibadah Haji serta sampai pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga dikarenakan Pelayanan yang luar biasa kepada jamaah selama mengikuti Ibadah Haji 2024.  Hal yang sama dituturkan juga oleh Bunda Erda, Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Negara dalam hal ini Kementerian Agama RI, bapak ketua kloter, pembimbing ibadah haji, Pembimbing Haji Daerah, Ibu dokter bersama timnya yang sudah memberikan pelayanan terbaik selama kami  berada di Madinah Maupun di Mekkah, semoga apa yang bapak, ibu lakukan menjadi ladang pahala yang dilipat gandakan Allah SWT.

Cendrawati asal Kabupaten Sumbawa sangat terharu, menangis tak tertahankan saat melakukan tawaf wada’, sambil berucap, trimakasihku kepada Negara (Kementerian Agama RI) atas inovasi haji yang diberikan kepada Jamaah haji Indonesia 2024. Semoga ini bukan  yang terakhirku berkunjung ke Baitullah yang di rindukan oleh setiap umat Islam. Walaupun  umurku sudah tua, akupun tidak mampu berjalan. Tetapi sampai detik ini saya ada di Mekkah karena pelayanan paripurna yang kami dapatkan.

Taqdir Allah dari Arrasynya tidak akan memvonis hambanya hanya sekali datang ke Baitullah, ketika rasa rindu ke Baitullah bergelayut dalam Bathinnya. Tawaf wada’ itu menandakan berpisah sementara untuk kembali  ke Baitullah dalam ruang dan suasana lain, tetapi esensinya Allah akan menemui  kekasihnya di tempat suci yang di rindukan. Rasa ingin dan ikhtiar insyallah akan menuntun semua Jamaah dan petugas haji  Indonesia 2024 untuk kembali ke Rumah Allah.