MATARAM- Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) resmi dibuka Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki, di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat (Jabar), kemarin (20/12).

Di acara prestisius tersebut, Dosen UIN Mataram Suparman Jayadi dan Rektor UIN Mataram Prof Masnun Tahir, turut serta bahkan  mempresentasikan langsung hasil penelitiannya berjudul Interfaith Harmony in Lombok, Eastern Indonesia: A Model of Religious Moderation Based on Local Wisdom.

“ kegiatan KMBAAA ini begitu penting diselenggarakan dan tentunya di praktikan dalam kehidupan sosial masyarakat tidak hanya sebatas pada konsep atau ideology,” jelas Prof Masnun.

Dirinya melanjutkan, dalam kehidupan bermasyarakat ada beragam etnis, budaya dan agama. Hal ini telah terintegrasi pada prinsip bangsa unity in diversity dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dikenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Dosen UIN Mataram Suparman Jayadi mengatakan, Kenyataan historis di Indonesia yang diwujudkan sebagai pluralitas agama sebagai karakter bangsa yang tidak dapat diingkari. Namun, adanya keberagaman budaya dan agama dapat menimbulkan ancaman ketenteraman bagi masyarakat dan rentan akan konflik komunal.

Karena itu, dengan moderasi beragama, ini menjadi kunci sukses terjaganya hubungan harmonis. “Termasuk toleransi dan kohesi sosial masyarakat hingga saat ini,” pungkas Peneliti.  

Lanjutan, sebelum munculnya konsep moderasi beragama, dalam konteks masyarakat Lombok telah melakukan praktik moderasi beragama melalui praktik budaya lokal.

“Seperti terdapat dalam tradisi Perang Topat, Mulik Kaye, Polong Merenteng, Pujawali dan ritual lainnya antar agama Muslim, Hindu dan Budha,” jelasnya.

Ini penting sebagai modal sosial masyarakat Indonesia saat ini, dalam menjaga hubungan sosial dan memberkuat solidaritas sosial untuk mewujudkan sosial order dalam berbangsa dan bernegara. Melihat kasus konflik palestina dan israel menjadi penting adanya resolusi upaya membangun kembali hubungan persaudaraan atas nama kemanusiaan

“Menurut saya ini penting, untuk mempelajari nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu ikhtiar penguatan moderasi beragama di level global untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan dalam konteks beragama, berbangsa dan bernegara dengan nilai-nilai humanis,” ujarnya.

Setiap praktik kearifan lokal terdapat nilai-nilai sebagai pedoman hidup dalam menghadapi setiap perubahan zaman. “Praktik kearifan lokal ini perlu dipublikasikan dan dipromosikan kepada generasi muda sebagai penerus bangsa Indonesia yang dapat dijadikan sebagai identitas bangsa,” tandasnya.  

Acara ini diinisiasi oleh Badan Litbang Kementerian Agama RI bekerjasama dengan PBNU. Hadir dalam pembukaan KMBAAA, ada Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf, 18 Duta Besar negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin serta Rektor PTKN dan Kakanwil Kemenag seluruh Indonesia. (yun)