Pusat Studi Gender dan Anak  (PSGA) UIN Mataram menyelenggarakan bedah buku terbaru karya Prof Musdah Mulia yang berjudul “Perjalanan Lintas Batas: Lintas Agama, Lintas Gender, dan Lintas Negara” yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Prof. Musdah Mulia tidak hanya dikenal sebagai akademisi tetapi juga ulama, aktivis dan penulis yang sangat produktif. Menurutnya, menulis adalah pekerjaan abadi dan karya yang dihasilkan akan tetap dikenang sepanjang masa. Dan buku ini menjadi saksi sejarah  dan sebagai sumber inspirasi dan pengetahuan bagi pembaca dalam memahami perkembangan agama, gender dan negara dalam kurun waktu tertentu. Adapun nara sumber dalam diskusi ini adalah penulis buku dengan pembahas Prof. Dr. Stella Thei., ketua Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Mataram dan Prof. Dr. Abdul Wahid, M.Ag., dosen antropologi agama Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, dengan moderator Dr. Nikmatullah, MA., kepala PSGA UIN Mataram. Acara ini dibuka oleh Wakil Rektor bidang Keuangan, Prof. Dr. Maemun Zubair, M.Pd. 

Sesuai dengan judulnya, buku ini merupakan karya etnografi Prof Musdah yang mengabadikan perjalanan akademik dan spiritualnya ke lebih dari 60 negara dan lebih dari 160 kota di dunia dalam kurun waktu 20 tahun sejak dari tahun 2000 hingga 2020. Dengan menggunakan model story telling, buku ini mudah dibaca dengan melibatkan pembaca dalam perjalanan panjang yang penuh makna, yang  dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan atas dasar pinsip humanis, inklusif, toleran dan terbuka.  Prof. Musdah mengungkapkan bahwa perjumpaannya dengan banyak orang dari beragam agama, kepercayaan, ras, suku, bangsa, gender dan orientasi seksual telah menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati terhadap manusia, yang pada intinya menghormati Sang pencipta, yang telah menciptakan manusia dengan keragaman yang tidak terbatas.  Dalam perjalanan lintas agama, ia telah berjumpa dengan banyak agama local di dunia  yang jumlahnya mencapai lebih kurang sebanyak 4.200 agama, termasuk Ketika ia berjumpa dengan komunitas agama Mormon. Sedangkan perjalanan lintas gender telah memperkenalkan setidaknya ada banyak jenis kelamin dan orintasi seksual di dunia ini tidak hanya laki-laki dan perempuan. Misalnya di Albania dan masyarakat Bugis, yang sangat menghargai perbedaan jenis kelamin dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan perjalanan lintas negara telah memperlihatkan betapa perbedaan negara kaya dan negara berkembang dalam konteks penanganan persoalan kemanusiaan seperti kemiskinan, kekerasan dan persoalan lingkungan. Pendidikan yang seharusnya mengasah cara berfikir kritis tidak terjadi sebagaimana mestinya. Padahal dalam al-Quran banyak disebutkan tentang ayat yang mementingkan kerja akal untuk berijtihad sehingga manusia menjadi produktif dalam berkarya.

Sementara itu, Prof. Stella membahas tentang pentingnya hak seksual dan Kesehatan reproduksi. Maraknya kasus kekerasan sekual yang tidak hanya terjadi dalam mayarakat yang tingkat pendidikan rendah dan ekonomi terbatas, namun juga di lebaga pendidikan tinggi yang dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Ini menunjukkan bahwa pelaku dan korban kekerasan seksual berasal dari beragam profesi, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan. Perkawinan anak juga masih terjadi diantaranya dilandasi oleh factor ekonomi keluarga dan pemahaman agama. Ia juga menyoroti tentang sunat perempuan masih terjadi di masyarakat sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. terakhir, Prof. Wahid membahas tentang bahaya ekstrimisme agama dan pentingnya moderasi beragama. Menurutnya, radikalisme muncul dari ketertutupan dan adanya klaim atas kebenaran, sehingga tantangan dalam beragama saat ini adalah ortodoksi dan konservatisme, politik identitas, media sosial dan post truth. Oleh karena itu, untuk menghindari seseorang dari radikalism dan ekstremism, maka diperlukan moderasi beragama yang terdapat 4 pilar yakni anti kekerasan, toleransi, komitmen kebangsaan, akomodatif terhadap budaya local. Ia sangat mengapresiasi buku Prof Musdah yang memberikan kontribusi terhadap kosmopolitanism Islam, humanity, family/community, demokrasi dan pluralitas.