Berita Humas: Prof. Dr. H. Masnun Tahir dalam beberapa catatannya mengedepankan tentang pentingnya menggali makna transformasi UIN Mataram sehingga mampu memberikan respons terhadap tantangan zaman, proses transformasi telah menyiapkan sebuah peta jalan pengembangan yang bersifat strategis, berskala besar, dan berdurasi panjang.
Guru besar bidang ilmu hukum tersebut menegaskan bahwa dalam perjalanan sejarah yang panjang, telah terbangun suatu paradigma dan episteme tertentu fikih sebagai dasar untuk merespon berbagai persoalan yang muncul setiap zaman. Kini paradigma itu dirasakan semakin berat untuk merespon berbagai perkembangan kontemporer yang sangat pesat, sehngga penting untuk mencari paradigma alternatif.
Perkembangan budaya dan berbagai disiplin ilmu dewasa ini membuat segala bidang menjadi terintegrasi, seakan batas antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya menjadi transparan. Kita tidak perlu mempermasalahkan ilmu agama dan non-agama, namun bagaimana ilmu tersebut dapat dimanfaatkan untuk mencapai suatu tujuan.
Skemanya dibangun dengan strategi memadukan antardisiplin keilmuan seraya mencegah disiplin keilmuan yang berpuspa-ragam itu tidak saling menegaskan. Agar pemaduan integratif itu sungguh-sungguh produktif bagi pengembangan keilmuan dan bersumbangsih efektif bagi pembangkit peradaban, maka strategi interkoneksi keilmuan pada saat yang sama juga dijalankan dalam proses integrasi tersebut.
Ilmu yang berangkat dari nilai-nilai dan etika Islam pada dasarnya bersifat objektif, ini menjadi bukti bahwa telah terjadi proses objektivikasi dari etika Islam menjadi ilmu keislaman yang karenanya dapat bermanfaat bagi seluruh kehidupan manusia dan kepentingan kemanusiaan tanpa menimbang sekat dan disparitas agama, jenis kelamin, etnis dan bangsa, golongan, dan seterusnya.
Transformasi IAIN menuju UIN Mataram mengharuskan adanya reorientasi paradigma keilmuan yang bisa menjadi acuan bersama dalam kegiatan belajar mengajar, sistem manajemen dan tradisi ilmiah di lingkungan kampus. Paradigma keimuan ini juga diperlukan oleh para stakeholder dalam memilih UIN Mataram sebagai mitra dalam pengembangan keilmuan dan kerjasama-kerjasama strategis lainnya.
Paradigma keilmuan ini harus bisa menggambarkan visi dan misi UIN Mataram, dan pada saat yang sama bisa diturunkan ke dalam struktur dan kurikulum, sistem managemen dan juga ke dalam tradisi akademik dan penelitian ilmiah di kampus UIN Mataram.
Reorientasi paradigmatik tersebut diarahkan pada dijalankannya pendekatan keilmuan berskema integrasi-interkoneksi dan internalisasi. Hasrat integrasi dimaksudkan sebagai upaya mengakhiri tabiat paradigma keilmuan Islam yang selama ini cenderung menerapkan dikotomi antardisiplin keilmuan yang secara umum dipilah ke dalam dua kategori besar, ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Wallahu A’lam (GuruNun-Adita@humasuin)