Berita Humas: Mengawali catatan redaksi bulan ini bertepatan dengan momentum peringatan hari besar islam yaitu Maulid Nabi Besar Muhammad Saw, 12 Rabiul-awal yang jatuh pada hari Jum’at 01 Desember 2017.  Ulasan yang diramu dari berbagai sumber ini, sengaja dihidangkan secara sederhana sebagai bacaan ringan sembari menikmati hari libur santai bersama keluarga.
Momentum peringatan hari besar yang setiap tahun diperingati di Indonesia khususnya, dirayakan secara besar-besaran mulai dari kalangan istana oleh Presiden Republik Inonesia dan dibarengi dengan hari libur nasional, selanjutnya di berbagai kementerian, pendopo gubernur Bupati dan walikota hingga ke seluruh pelosok negeri.
Arti makna dan hikmah maulid nabi besar Muhammad saw menjadi penting untuk dikaji, ditelaah dan diselami agar perayaan dan tradisi untuk memperingati kelahiran baginda Nabi tidak sebatas pada seremonial belaka, tetapi mengandung makna yang filosofis dan substantif.
Mencari makna dengan adanya seremonial maulid nabi, kita sebagai umat Islam diharapkan bisa mengingat kembali betapa gigih perjuangan rasululloh bersama para sahabat dalam merintis dan mengembangkan ajaran Islam di tengah tradisi dan budaya Arab yang waktu itu dalam keadaan jahiliyah.
Satu hal yang harus kita lakukan sebagai makna merayakan maulid nabi adalah meneladani sikap dan perbuatan, terutama akhlak mulia nan agung dari baginda nabi besar Muhammad saw. Saat melontarkan pujian-pujian dan sholawat yang begitu menggebu-gebu, hendaknya tidak hanya ditujukan kepada fisik maupun keduniawian saja tetapi juga akhlak nabi yang begitu agung dan mulia.
Dalam hal ibadah, akhlak mulia dan agung dari nabi itulah yang harus ditiru, dicontoh dan diteladani sebagai agama yang dibawa nabi Muhammad adalah rahmatan lil alamin.  Artinya, Islam membawa rahmat bagi alam semesta, bukan hanya umat Muslim saja atau manusia saja, tetapi semua makhluk seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam sekitar.
Pentingnya merayakan maulid nabi yang biasanya dibaregi dengan  seremonial bahkan diawali dengan berbagai kegiatan lomba. Hal tersebut penting untuk mengingatkan kembali tentang betapa hebat perjuangan beliau dan akhlak serta moralitas Baginda Nabi.  Menyadari diri sebagai manusia itu tempatnya lupa, meski setiap hari bersholawat, tetapi kalau hati tidak meresapinya pasti lupa dengan makna substantif dari shalawat.
Pulau Lombok yang dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid, menyimpan sejumlah pesona bernuansa religius.  Termasuk salah satu daerah yang masih merawat tradisi perayaan maulid dengan ragam kekhasan nuansa yang sungguh berbeda bila dibandingkan dengan daerah lain. Semoga dengan perayaan maulid tahun ini, kita senantiasa selalu berikhtiar secara konstan dalam meneladani dan mengamalkan ajaran-ajaran serta akhlak baginda nabi Muhammad saw. Wallohua’lam. (Adita@humasuin)